Usabha Sri |
Prosesi khas dan unik dalam ritual memohon amerta nampak pada upacara Usabha Sri di Pura Bale
Agung Desa Pakraman Sibetan. Bertepatan Purnamaning Sasih Kawulu
(28-1-2013) prosesi rangkaian Usabha Sri dilaksanakan diawali dengan Raine
Pemedal yakni Nedunang Pretima Ida Betara dari 6 kahyangan pura desa
yakni Penyungsungan Ida Betara Pura Penataran, Ida betara Pura Puseh, Ida Betara
Pura Bangkak, Ida Betara Pura Pemaksan Gaduh, Ida Betara Pura Pemaksan Segaa,
Ida Betara Pura pemaksan Pejabungan, Ida Betara Dalem Sibetan, Abian Tiing, dan
Dukuh, Ida Betara Panti Abian Tiing yang masing-masing distanakan dalam satu
jempana serta 28 penyungsungan premade.
Menurut penuturan Jro Bendesa I Wayan Subadra
didampingi Penyarikan I Made Mas Mastiawan, Usabha Sri memiliki tetuek
memohon anugrah amerta melalui kesuburan alam dengan harapan asing tinandur
sarwa mupu asing tinuku sarwe murah seperti Pala Gantung, Pala Bungkah,
Pala Wija disamping karena palemahan Desa Sibetan sebagian besar terdiri dari
lahan persawahan. Terkait upacara Usabha Sri setelahnya juga digelar Usaba
Muu-uu yang bermakna nangluk mrana agar wabah penyakit tidak masuk ke Desa
Sibetan, dengan menghaturkan labaan caru bayang-bayang Banteng dan Asu
Bangbungkem serta srana Ayam Biing.
Upacara yang rutin dilaksanakan setiap tahun sekali
ditandai Ida Betara Nyejer selama 3 hari dari tanggal 26 – 29 Januari
2013 dengan eedan upacara Nedunang Ida Betara, ngemargiang yadnya Majang
(Meprani) anaman Blayag dan Majang woh-wohan dilengkapi iringan
Tari Rejang Dewa, Tetabuhan Gong, Gambang dsb. Adapun eed upakara dimulai
dengan Ida Betara tedun (pemedal), Ngaturang Pepranian Pemlayagan, dilanjutkan
dengan Upacara Ngaturang Prani Bayuan saat upacara Pengebek dan diakhiri dengan
Upacara Nyineb. Pada saat upacara pengebek di hari ke tiga juga ditandai dengan
adanya tari keris (daratan) / ngurek yang dipersembahkan oleh 3 orang krama
tertentu.
Sedangkan sajian tarian khusus yang sakral
dipersembahkan tari Mabuang lanang oleh 80 krama desa yang saat itu
melaksanakan upacara metuun bunga, sebanyak 9 kali putaran. Semua krama
melemparkan bahan upakara seperti blayag dan buah ke tengah areal posisi
nyatur. Majangan dari buah-buahan dibuat dalam bentuk gebogan setinggi 75 Cm
dengan nilai rata-rata Rp. 500.000. Proses mesantalan itu sendiri
mengandung arti merupakan sebagai simbol nunas kerahajengan jagat
agar mrana tidak merusak segala tanaman terkait dilaksanakannya usabha sri di
pura setempat. Upacara yang dilengkapi sesaji Banten apajegan, pebangkit,
suci sesayut meruntutan suku pat, dipuput sulinggih Ida Pedanda Istri
Buruan dari Geria Kanginan Sibetan. Sedangkan satu-satunya penyungsungan berupa
petapakan Rangda dan Barong abiseka Jro Gede Sakti juga katuran tedun nyejer
dalam paci Usabha Sri. Penyungsungan Jro Gede Sakti dikeramatkan krama Sibetan
sebagai tempat nunas tamba jika ada krama yang mengalami terserang penyakit. Dahulu
penyungsungan tapel petapakan Jro Gede Sakti pernah dilarung kelaut namun
akhirnya kembali lagi ketempat semula. Atas kejadian tersebut krama makin
tebal keyakinannya atas perlindungan bagi desa Sibetan dari pelinggih Jro Gede
Sakti.
Ditambahkan Manggala desa I Komang Kisid, Desa Pakraman Sibetan dalam
melaksanaka pengaci-aci didukung keberadaan krama pengabih desa yang
menggunakan bunga pucuk merah memiliki tugas untuk memperbaiki parahyangan,
sedangkan krama murwa yang menggunakan keris saat upacara bertugas
mempersiapkan dan menyelenggarakan upacara pengaci-aci.
Desa Sibetan memiliki 32 palebahan Pura termasuk 3
Pura Kahyangan Tiga (Puseh, Dalem, Bale Agung) dan 7 parhyangan Pura Dalem
Pengayatan. Desa Sibetan diempon 14KK krama wed (Pan Sri)didukung 80 KK
lainnya dan disokong oleh sekitar 5.000 KK atau 15.000 penyungsung di dua
wilayah desa dinas meliputi Desa Jungutan dan Desa Sibetan. Desa Adat
Sibetan tercatat mulai didirikan sesuai pemunder desa tahun 1.300 Masehi
pada masa pemerintahan Sri Jaya Kasunu, Raja Bali yang memerintah di
kerajanan Gelgel Klungkung, hingga kini masih melestarikan budaya dan
pelaksanaan agama dalam bentuk pelaksanaan pengaci-aci yang masih unik dan
langka. Sejumlah upacara yang hingga kini masih dilestarikan seperti Usaha
Dangsil, Usaba Daa, Usabha Pepek, Usabha Tista, Usabha Keju, Usabha Penyebel,
Usabha Ketima, Usabha Taksu, Usabha Gede, Usabha
Ngeliklik, Usabha Penyangjang, Usabha Sapta Buana, Usabha Pura Penyatur,
Usabha Pura Panti dsb.
Mohon info... kapan lagi ada acara ini saya ingin mliputnya untuk tugas sekolah... trimakasi
BalasHapus