Wacana
menggarap potensi sektor riil yang kerap
menjadi buah bibir dan konsumsi populis, selayaknya segera ditindaklanjuti
Instansi terkait agar potensi Karangasem mengemukan dan berdampak menyentuh
langsung masyarakat.
Ni Putu Yuli Artini, B.buss,SE aktif menggerakkan ekonomi rakyat |
Demikian
diutarakan Ketua HIPMI Karangasem Ni Putu Yuli Artini, B.buss, SE, Rabu (9/1) di Amlapura,
menanggapi lemahnya apresiasi potensi kerajinan Karangasem dari sisi
kelembagaan. Dikatakannya, keberadaan
kerajinan Karangasem sangat
potensial dinamis dan eksotis, namun upaya untuk mendukung melalui lembaga fasilitasi secara birokratis
belum nampak. Kondisi tersebut membuat
kemunduran penanganan sektor riil khususnya kerajinan khas Karangasem.
Kendati kebijakan untuk menyebarkan permodalan
sudah dilakukan melalui program
Kredit Tanpa Agunan (KTA) – BPD, namun sesungguhnya tantangan sektor riil dan
kerajinan Karangasem bukan di sektor permodalan. Kenyataannya kini kelemahan
dunia kerajinan itu terhimpit ketiadaan
apresiasi utuk terus menyokong perkembangannya. Meski ada penanganan
selama ini baik pelatihan, insentif maupun pembinaan dan bantuan serta promosi
masih terkesan tanggung dan setengah-setengah, belum menjawab tantangan
sesungguhnya sehingga citra dan kemajuan produk Karangasem jalan ditempat.
Sejumlah
produk Karangasem seperti Mete Organik, Kerajinan Ate, Anggrek organik, Batu
Tabas, Ternak Sapi Bali, Udang, dsb perlu difasilitasi oleh kelembagaan
koperasi kerajinan Karangasem yang dapat lebih fokus dan spesifik membuat link , baik untuk jaringan pemasaran,
kontinyuitas produksi, bahan baku, bibit, penanganan pasca produksi termasuk
permodalan , SDM serta design agar dapat
bersaing dan dilindungi oleh kelembagaan yang ada. Khusus mengenai pembangunan
sarana Pasar Seni yang akan dijadikan pendukug pasca beroperasinya dermaga
cruise nanti, Ia lebih cenderung melihat mesti adanya keseiapan kelembagaan
lebih dahulu, agar memberi arah yang
jelas bagaimana strategi penampilan produk khas Karangasem itu serta kesiapan melayani permintan konsumen dan
penampilan dalam pemanfaatan pasar seni dimaksud. Kerjasama antara agent, tour operator, perlu
diatur secara rapi sehingga tidak menimbulkan permasalaha. Mencontoh pola
pemasaran hasil kerajinan seperti di Pasar Seni Sukawati, Guwang, Ubud dan
Pasar Seni lainnya, hendaknya Karangasem dapat menampilkan diri lebih spesifik
tidak persis sama dengan yang ada di daerah lain. Inilah yang menuntut kiat
kreatif pihak terkait agar tidak terlambat lagi mengantisipasi keadaan.
Koperasi
Kerajinan Karangasem yang nantinya bermitra dengan Dekranasda hendaknya lebih
awal dapat dikomunikasikan dengan Ketua Dekranasda untuk memperoleh dukungan.
Dengan melibatkan unsur terkait seperti
lembaga komunikasi masyarakat, LSM dan aktivis dibidang kerajinan, Ia optimis
geliat kerajinan Karangasem bakal mampu berkembang dan menumbuhkan sektor riil
sebagaimana diharapkan.
Kadiskop-UKM
Karangasem Ir. I Wayan Supandi menyambut positif gagasan membentuk Koperasi
Kerajinan Karangasem, seraya berupaya bakal mempertemukan semua elemen terkait
sebelum nantinya mewujudkannya berikut memfasilitasi perijinannya. Dengan
pembentukan kelembagaan tersebut paling tidak dapat membantu menjawab berbagai
permasalahan yang dihadapi pengrajin baik dibidang permodalan, Iptek dsb serta
lebih tajam dalam mengatasi persoalan.
Ia mencontohkan, sejumlah produk kerajinan Karangasem banyak yang dijual
setengah jadi dan setelah sedikit dipoles diklaim daerah lain.
Ia juga
menyayangkan, pengrajin selama ini masih banyak yang jalan sendiri-sendiri
kurang bersatu sehingga belum dapat maksimal bersaing menyusul masih parsialnya
penanganannya sehingga memerlukan keterlibatan stakeholder. Mengenai pengurusan
perijinan, Supandi menyebut tidak rumit tinggal diproses melalui persetujuan
Bupati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar