Rabu, 09 Januari 2013

JAWAB TANTANGAN GARAP SEKTOR RIIL : KOPINKRA MENDESAK DIBENTUK


Wacana menggarap potensi sektor riil yang kerap  menjadi buah bibir dan konsumsi populis, selayaknya segera ditindaklanjuti Instansi terkait agar potensi Karangasem mengemukan dan berdampak menyentuh langsung masyarakat.  
Ni Putu Yuli Artini, B.buss,SE aktif menggerakkan ekonomi rakyat
Demikian diutarakan Ketua HIPMI  Karangasem  Ni Putu Yuli Artini, B.buss, SE,  Rabu (9/1) di Amlapura, menanggapi lemahnya apresiasi potensi kerajinan Karangasem dari sisi kelembagaan. Dikatakannya, keberadaan  kerajinan Karangasem sangat  potensial dinamis dan eksotis, namun upaya untuk mendukung  melalui lembaga fasilitasi secara birokratis belum nampak. Kondisi tersebut membuat  kemunduran penanganan sektor riil khususnya kerajinan khas Karangasem. Kendati kebijakan untuk menyebarkan permodalan  sudah dilakukan melalui  program Kredit Tanpa Agunan (KTA) – BPD, namun sesungguhnya tantangan sektor riil dan kerajinan Karangasem bukan di sektor permodalan. Kenyataannya kini kelemahan dunia kerajinan itu terhimpit ketiadaan  apresiasi utuk terus menyokong perkembangannya. Meski ada penanganan selama ini baik pelatihan, insentif maupun pembinaan dan bantuan serta promosi masih terkesan tanggung dan setengah-setengah, belum menjawab tantangan sesungguhnya sehingga citra dan kemajuan produk Karangasem jalan ditempat.
Sejumlah produk Karangasem seperti Mete Organik, Kerajinan Ate, Anggrek organik, Batu Tabas, Ternak Sapi Bali, Udang, dsb perlu difasilitasi oleh kelembagaan koperasi kerajinan Karangasem yang dapat lebih fokus dan spesifik membuat link , baik untuk jaringan pemasaran, kontinyuitas produksi, bahan baku, bibit, penanganan pasca produksi termasuk permodalan , SDM serta design  agar dapat bersaing dan dilindungi oleh kelembagaan yang ada. Khusus mengenai pembangunan sarana Pasar Seni yang akan dijadikan pendukug pasca beroperasinya dermaga cruise nanti, Ia lebih cenderung melihat mesti adanya keseiapan kelembagaan lebih dahulu,  agar memberi arah yang jelas bagaimana strategi penampilan produk khas Karangasem itu serta  kesiapan melayani permintan konsumen dan penampilan dalam pemanfaatan pasar seni dimaksud.  Kerjasama antara agent, tour operator, perlu diatur secara rapi sehingga tidak menimbulkan permasalaha. Mencontoh pola pemasaran hasil kerajinan seperti di Pasar Seni Sukawati, Guwang, Ubud dan Pasar Seni lainnya, hendaknya Karangasem dapat menampilkan diri lebih spesifik tidak persis sama dengan yang ada di daerah lain. Inilah yang menuntut kiat kreatif pihak terkait agar tidak terlambat lagi mengantisipasi keadaan.
Koperasi Kerajinan Karangasem yang nantinya bermitra dengan Dekranasda hendaknya lebih awal dapat dikomunikasikan dengan Ketua Dekranasda untuk memperoleh dukungan. Dengan melibatkan  unsur terkait seperti lembaga komunikasi masyarakat, LSM dan aktivis dibidang kerajinan, Ia optimis geliat kerajinan Karangasem bakal mampu berkembang dan menumbuhkan sektor riil sebagaimana diharapkan.
Kadiskop-UKM Karangasem Ir. I Wayan Supandi menyambut positif gagasan membentuk Koperasi Kerajinan Karangasem, seraya berupaya bakal mempertemukan semua elemen terkait sebelum nantinya mewujudkannya berikut memfasilitasi perijinannya. Dengan pembentukan kelembagaan tersebut paling tidak dapat membantu menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi pengrajin baik dibidang permodalan, Iptek dsb serta lebih tajam  dalam mengatasi persoalan. Ia mencontohkan, sejumlah produk kerajinan Karangasem banyak yang dijual setengah jadi dan setelah sedikit dipoles diklaim daerah lain.
Ia juga menyayangkan, pengrajin selama ini masih banyak yang jalan sendiri-sendiri kurang bersatu sehingga belum dapat maksimal bersaing menyusul masih parsialnya penanganannya sehingga memerlukan keterlibatan stakeholder. Mengenai pengurusan perijinan, Supandi menyebut tidak rumit tinggal diproses melalui persetujuan Bupati.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar